Perjalanan Translasi Lokalisasi Game Jepang Yang Tidak Sekedar Translasi



Pernahkah terbersit di fikiran kamu untuk memainkan game Zero no Kiseki Evolution PSVita berbahasa inggris? Sebagai informasi, game ini adalah game berbahasa jepang yang sangat populer di Tokyo. Game ini mempunyai rating tertinggi yang membuat iri gamer di luar jepang. Kamu mungkin dapat memainkan game ini, cukup mengganti PSN Store menjadi regional Jepang dan kemudian membelinya. Atau mungkin kamu bisa membeli game cartridge dalam bentukan fisik di retail Ebay atau Amazon.
Tapi problem lain muncul ketika kamu memainkan game ini. Actually we understand english. but japan language? Bahasa jepang bukanlah bahasa yang mudah  dimengerti sebagaimana bahasa inggris. Belum lagi pelafalan dan aksara kanji dimana kamu harus bertahun tahun mempelajarinya.  Jadi ketika kamu memulai game, bisa jadi kamu akan kerepotan dengan menu game yang seyogyanya tidak dapat kamu mengerti. Bahkan sepanjang permainan game, kamu sama sekali tidak mengerti alur ceritanya. Karena mubazir, dengan terpaksa kamu menamatkan game ini. Urusan faham jalan cerita pada game tersebut adalah urusan belakangan.

Uang yang berbicara dalam segala hal.
Sebenarnya developer game sangat mengerti keinginan fans. Tapi developer tidak dapat berbuat banyak. Alasan klise developer tidak mentranslasi game nya ke bahasa inggris adalah keterbatasan dana. Sebuah perusahaan game akan menganalisis secara prediktif laris tidaknya sebuah game sebelum dilokalisasi ke dalam bahasa inggris.  Berbagai analisis keuangan diperhitungkan dengan matang. Apabila dinyatakan layak, maka game jepang tersebut akan ditranslasi ke bahasa inggris. Namun bila analisis menunjukkan prediksi penjualan akan rendah, maka perusahaan akan urung melokalisasi game ini kebahasa inggris.
Perusahaan terpaksa melakukan ini, karena melokalisasi game tersebut ke western tidak semudah mentranslasi. Banyak perhitungan-perhitungan bisnis yang dilakukan. Dan otomatis biaya akan sangat banyak dikeluarkan.

Saat perusahaan game yakin dengan analisisnya, perusahaan harus membayar tim penterjemah atau alih bahasa. Tentu saja akan ada alokasi yang harus dikeluarkan untuk para penterjemah. Apalagi kalau penterjemah tersebut kawakan alias bukan penterjemah abal-abal, otomatis biaya yang dikeluarkan porsinya menjadi lebih banyak. Hal ini dapat dimengerti, para penterjemah adalah ujung tombak dari sebuah game yang akan dilokalisasi. Perusahaan rela membayar lebih hanya untuk menggaji penterjemah sebuah game.
Setelah game ditranslasi, para programmer ditugaskan untuk menginput ulang subtitle pada sebuah game. Game yang seyogyanya sudah rampung tersebut diobrak-abrik oleh programer dan di input ulang bahasanya satu per satu. Bila salah sedikit saja, maka akan terjadi glitch pada game. Dan kembali perusahaan mengeluarkan dana disini untuk menggaji para programer.
Bicara soal game jepang, kita mengenal seiyuu atau pengisi suara karakter. Dengan dialokasinya  sebuah game jepang ke western, tentu akan lucu apabila para karakter game bertutur kata bahasa jepang. Untuk mengatasi ini, perusahaan membayar dubber professional dari luar Jepang. Mereka dibayar per jam dengan biaya yang fantastis. Contohnya adalah David Hayter, pengisi suara Snake di Metal Gear Series yang legendaris. Gelontoran dana kembali dilakukan perusahaan demi rampungnya game .


Sudah cukup itu saja? Hoho ternyata tidak. Kamu pasti familiar dengan theme song seperti Eyes of Me di Final Fantasy 8 yang mendunia? Sekedar informasi, Faye Wong adalah penyanyi yang menyanyikan lagu Eyes of Me dan dibayar sebesar satu juta dollar loh. Mau tak mau perusahaan harus membayar composer untuk menggarap ulang lagu theme song yang telah ia ciptakan. Dan jangan lupa, setelah itu sang penyanyi juga harus dibayar dengan biaya yang kurang lebih sama sewaktu ia menyanyikan lagu tersebut dalam bahasa jepang.
Done, setelah semua rampung, sampailah sebuah game pada proses produksi hingga terbentuk dalam kepingan fisik berupa cartrige ataupun disk. Setelah itu  tinggal menunggu hasil. Laku atau tidak kah game itu setelah dilokalisasi. Apabila tidak laku, perusahan menanggung rugi yang sedemikian besar. Namun bila laku keras, perusahaan akan mendapatkan margin keuntungan yang akan disimpan untuk pengembangan game berikutnya. Tapi jalan menuju sukses atau tidaknya sebuah game tidaklah semudah itu. Jalan terjal menanti. Selain itu perusahaan mempunyai musuh sejati, yaitu para pembajak.

Sebagaimana yang kita tahu, para pembajak yang tidak punya hati dengan mudahnya membajak game-game yang sudah susah payah dibuat dan didanai sedemikian besar. Karena pembajaklah keuntungan sebuah game berkurang drastis. Dan karena pembajaklah banyak perusahaan game mengalami kerugian parah hingga harus menutup perusahaan dan merumahkan karyawannya alias PHK.

Kesimpulan
Penulis sudah menjabarkan panjang lebar mengapa sebuah game tidak serta merta di translasi ke bahasa inggris. Perhitungan dan analisis haruslah cermat. Dan itu juga harus diimbangi dengan budget pada perusahaan game tersebut. Nah dengan segala pengorbanan perusahaan game sampai menggelontorkan dana sedemikian besar untuk melokalisasi game jepang ke bahasa inggeis, apa kamu masih tega untuk main game bajakan?

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perjalanan Translasi Lokalisasi Game Jepang Yang Tidak Sekedar Translasi"

Post a Comment